Karya : Amin Hasan
Daar El Falaah
Daar El Falaah
HARAPAN
ANAK JALANAN
Hasan
dan Alfia adalah dua kakak beradik yang mempunyai kehidupan yang malang. Ibu
mereka telah meninggal dan Ayah mereka tidak bertanggung jawab hingga
menitipkan mereka kepada seorang Saudagar Kaya yang berada dikota tersebut.
Usia mereka masih sangat kecil, Hasan berusia 9 tahun sedang Alfia 6 tahun.
Keduanya terlahir dari keluarga miskin dipinggiran daerah Pandeglang. Ayah
mereka yang hanya seorang pengangkut barang disebuah pabrik minuman yang
pekerjaannyapun terkadang tak tetap tidak sanggup untuk menampung mereka. Lebih
menyedihkan lagi, keduanya tersiksa tinggal bersama Saudagar kaya tempat
Ayahnya menitipkan mereka. Alfia sering mengeluh kelaparan, sang kakak yang
tidak tega melihat betapa mereka dijadiakan pembantu dalam keluarga itu
memutuskan untuk lari dari keluarga itu.
Mereka
hidup dijalanan, kemudian seorang Mafia pengguna Anak-Anak jalanan mengambil
mereka dengan Iming-Iming makan dan tempat tinggal yang layak. Ya, mereka
mendapatkan tempat tinggal dan makan yang cukup tetapi mereka harus bekerja.
Kedua saudara itu harus menghabiskan 18 jam dijalanan Alun-Alun kota dan pulang
saat malam hari, lalu berangkat pada pukul 7 pagi. Hasan dengan gitar kecilnya
dan Alfia dengan bermodalkan suara yang Pas-Pasan rela menunggu setiap mobil
yang berhenti dilampu merah Alun-Alun kota Pandeglang dengan harapan ada yang
ihlas memberinya sedikit uang untuk biaya hidup mereka. Uang yang mereka
hasilkan memang tak seberapa, tetapi cukup untuk mereka bertahan hidup, setidaknya
mereka tidak mengalami siksaan fisik seperti saat mereka tinggal bersama
saudagar kaya dahulu. Suatu pagi, keduannya duduk di pinggiran jalan sambil
Alun-Alun kota Pandeglang sambil menikmati bekal sepotong roti sebagai sarapan.
Alfia terdiam, dia tak terlihat
bernafsu untuk memakan roti cokelatnya, melihat keadaan Adiknya yang seperti
itu sang kakak bertanya.
“Kenapa
kamu tidak makan? .”
“Fia tidak lapar.”
“Bohong, tidak kalau kamu
tidak lapar, pasti kamu sedang memikirkan sesuatu.”
“Kak, kenapa sih kita hidup miskin, dan tidak
sekolah seperti Anak-Anak itu.”
“Karena
kita tidak punya uang, makanya kita tidak bisa sekolah, tapi kakak janji kakak
akan menabung untuk biaya kamu sekolah nanti, yang penting kamu jangan nakal
dan malas.
“Tuhan tidak adil.
Kenapa kita ciptaanya tidak pernah ia beri perhatian. “
“Hush, jangan bicara begitu, minta maaf sama
Tuhan. “
“Tidak mau! Tuhan jahat,
Kak “
“Ya sudah kalau kamu
tidak kamu, ayo lampu merah sudah menyala, kamu tidak mau ngamen? “
“Nggak mau! “
“Ya sudah kalau gitu, kakak tidak mau
bicarakan masalah ini. Kakak harus kerja dulu. Kamu pikirkan saja sampai kamu
sadar kamu salah.
Hasan berlari
menyebrang jalan menuju mobil BMW X-10, dari kejauhan tampak
Bapak Bupati Pandeglang sedang duduk didalam mobil tersebut sambil
melihat keadaan sekitarnya. Hasan segera mendekati mobil tersebut kemudian
hatinya tak karuan, baru kali ini dia mengamen di mobil Bapak Bupati. Dengan
menarik napas panjang Hasan mulai memainkan gitar kecilnya, dengan nada yang
indah ia mulai bernyanyi dengan penuh keyakinan. Didalam mobil tersebut tampak
anak kecil seumuranya dengan seorang Wanita dengan wajah tampak gelisah.
“Mah,
kenapa kok mereka berada dijalanan, apakah mereka tidak sekolah?.” Tanyanya
kepada sang ibu.
“Mungkin
mereka tidak punya uang untuk biaya sekolah.”Jawab ibunya.
“
Tapi, mengapa Ayah tidak memberinya uang, bukankah Ayah pemimpin dikota ini.”
“Hush,
jangan bicara seperti itu nanti Ayah marah.”Terdengar aba-aba ibunya agar tidak
mengulanginya
“
Adik Manis. Apa kamu tidak sekolah?.”
“Tidak
bu. saya tidak punya uang dan tidak ada seorangpun yang membiayai saya .”
“Memang
orang tuamu kemana.”
“Ibu
saya sudah lama meninggal, tapi kalau Ayah saya tidak tau pergi kemana.”
“Apa kamu tidak ingin sekolah?.”
“Iya mau, tapi bagaimana lagi bu
tapi bagaimanau lagi bu. saya tidak ada biaya namun saya ingin menyekolahkan
adik saya terlebih dahulu, saya sudah cukup puas bisa merasakan bangku sekolah
walaupun hanya sampai kelas 3 SD.” Jelas
hasan.
“Ayah
tolong beri Anak ini uang Rp 100.000 saja. Untuk biaya sekolahnya .”
Ayahnya
pun langsung memberinya uang.
“Ini
permintaan anakku, Semy. Maka berterima kasih kepadanya .”
“Semi,
terima kasih ya, mudah-mudahan tuhan mnembalas semua kebaikan kalian .”
“Ya,
sama-sama. Oh iya kalau kamu sudah besar nanti, cita-cita kamu apa ?.” tanya
semi kepada Hasan.
Hasan
sedikit terkejut dengan pertanyaan yang dilotarkan oleh Semi ada rasa bangga
dalam hatinya, baru kali ini ia ditanya langsung oleh Anak Bupati Daerahnya.
“Kalau
besar nanti, aku bercita – cita ingin .....”
Belum
sampai meneruskan kalimatnya terlihat lampu merah telah berubah warna menjadi
hijau. Mobil BMW X-10 pun melaju begitu kencang meninggalkan Hasan.
“Ah....
gagal deh aku memberi tahu bahwa aku kan ingin seperti Ayahnya nanti kalau
sudah besar nanti .”
Hasan
membatin sambil memanggil Adiknya untuk mengahampirinya. Adiknya pun berlari
dengan cepat menghampiri Hasan tapi naas dari arah berlawanan sebuah truk besar
yang memuat angkutan dengan cepat menghempaskan bagi kecil Alfia ke trotoar
jalan. Hasan dengan sigap menghampiri Adik kesayangannya. Tampaknya luka yang
di derita Alfia sangat parah sedang Supir truk berhasil melarikan diri.
Hasanpun membawa Adiknya menuju RS Berkah.
Suasana
di Rumah Sakit
Dokter
memberi kabar kepada Hasan bahwasanya Adiknya membutuhkan ginjal bantuan,
setelah mengalami benturan yang sangat keras pada bagian badannya yang
mengakibatkan ginjalnya tidak mampu berfungsi seperti biasanya. Hasan kehabisan
akal darimana dia bisa mendapatkan ginjal bantuan dalam waktu 12 jam.
Pikirannya tak karuan tapi ia berjanji kepada dokter bahwa dalam waktu 12 jam
ia dapat membawa ginjal bantuan untuk Adiknya.
Hasan
mendekati sesosok kecil yang terbaring lemah diatas ranjang putih khas Rumah
Sakit Berkah.
“Fia,
kamu harus kuat, kakak akan berusaha semampu kakak untuk mencari bantuan ginjal
yang cocok untukmu .” Hasanpun pergi meninggalkan Adiknya.
“kakak!
Kakak mau kemana? Fia mau sekolah kak .” Terdengar suara adiknya berharap.
Hasanpun
terkejut mendengar suara itu. Ia langsung kembali mendekati Adik tercintanya.
“Fia,
Kakak nggak kemana- mana kok, kakak hanya ingin bekerja untuk biaya perawatanmu
.”
“Jangan
lama-lama ya kak! Fia takut sendirian disini .”
“Iya
Fia, cepat atau lambat kakak akan kembali, mungkin sebentar lagi kamu akan
dibawa kedalam ruang operasi agar kamu cepat sembuh .”
“Fia
takut kak .”
“Fia
tidak boleh takut, kakak akan selalu ada disampingmu, kakak berjanji hidup dan
mati hanya untuk Fia .”
Hasan
segera bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan Adiknya yang sedang
terbaring lemah. Ada perasaan sedih dalam lubuk hatinya yang paling dalam
sebenarnya dalam hatinya ia ingin meninggalkan Adiknya terbaring sendirian.
“Hallo
Dok, ini saya Hasan. Saya telah mendapatkan bantuan ginjal untuk adik saya yang
bernama Alfia. Semoga ginjal ini cocok untuk Adik saya .”
“Oh
Baguslah, sekarang Anda berada dimana ?.”
“Temui
saya 3 menit lagi dipintu gerbang Rumah Sakit .” Hasanpun memutuskan telepon.
Tak ada kata-kata yang dikatakan oleh Hasan selain menyuruh dokter dipintu
gerbang Rumah Sakit.
Tampak
dari kejauhan Dokter yang sedang berjalan menuju pintu gerbang Rumah Sakit.
Dokter terkejut setelah melihat ternyata Hasan telah terhempas mobil Truk
Angkutan yang sedang berjalan cepat tepat didepan pintu gerbang. Tiba-tiba
ponsel Dokterpun berbunyi, sebuah pesan baru masuk dengan nomor yang belum ia
kenali.
“Dok,
Maaf sebelumnya saya telah berbohong kepada Dokter mungkin inilah titik hitam
ku, setelah saya berfikir panjang saya telah mengambil keputusan ini. Mudah-mudahan
ginjal ini. Karena kita tidak perlu merasa sedih dengan keadaan kita, walau
kita terlahir tidak sempurna di Dunia ini karena tuhan memberikan nafas
kehidupan dengan tujuan hidup masing-masing, saya mungkin tidak bisa membuatnya
bahagia dengan takdir saya saat ini. Tapi ingatlah saya berjanji kelak jika aku
terlahir kembali, dialah orang yang paling bahagia karena saya. Tolong jaga
rahasia ini saya hanya ingin senyum indahnya terus tumbuh menghiasi Kota ini,
walaupun kini kami hidup dua dunia yang berbeda. Katakan padanya bahwa saya
hanya pergi sementara dan pasti akan kembali .” Hasan dengan segala
kekurangannya.
Sebutir air mata seketika terjatuh membasahi layar
ponselnya, tanpa berfikir panjang Dokterpun membawa jasad Hasan yang telah
berlumuran darah untuk melakukan pendonoran ginjal untuk Adiknya.
Operasipun
berjalan sempurna ginjal Hasan sangat cocok untuk Adiknya. Kini Fiapun dapat
terselamatkan dari maut yang telah dihadapinya. Setelah beberapa minggu dari
kepulihannya Fia tampak bingung kemana kakaknya pergi, dia hanya mendapatkan
kabar bahwa kakaknya akan segera kembali, dia tak sadar bahwa ginjal yang
berada dalam tubuhnya adalah milik kakaknya sendiri.
Kini
Hasan telah pergi meninggalkan kita dengan banyak sekali pelajaran yang dapat kita
ambil, mulai dari keikhlasan sampai sebuah pengorbanan. Ia rela mengubur
dalam-dalam cita-citanya yang ingin menjadi seorang pemimpin di Dunia ini.
Semoga kelak akan lahir kembali Hasan-hasan yang mempunyai jiwa keikhlasan yang
tinggi.
”HIDUP MULIA ATAU MATI SEBAGAI SYUHADA”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar